ILMU BUDAYA DASAR
BAB V
MANUSIA DAN KEINDAHAN
NAMA : PUJIATNO
NPM : 15111603
KELAS : 1KA40
SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA KALIMALANG
KAMPUS J
BAB IV MANUSIA DAN
KEINDAHAN
A. KEINDAHAN
Ada berbagai macam definisi
tentang keindahan. Antara lain keindahan pada dasarnya merupakan sejumlah
kwalita pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal yang tersusun dari berbagai
keselarasan dan kebaikan dari garis, warna, bentuk, nada dan kata-kata. Ada
juga pendapat bahwa keindahan merupakan suatu kumpulan hubungan-hubungan yang
selaras dalam suatu benda dan diantara benda itu dengan si pengamat. Yang
lainnya menghubungkan keindahan dengan ide kesenangan (pleasure) yang merupakan
sesuatu yang menyenangkan terhadap penglihatan atau pendengaran.
Menurut The Liang Gie, keindahan
merupakan salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomik,
nilai pendidikan dan sebagainya. Sedangkan nilai yang berhubungan dengan segala
sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Nilai
estetik digolongkan menjadi 2 yaitu nilai ekstrinsik dan nilai intrinsik. Nilai
ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk
sesuatu hal lainnya (instrumental/contributory value) yakni nilai yang besifat
sebagai alat bantu. Nilai intrinsik adalah sifat baik dari benda yang
bersangkutan atau sebagai suatu tujuan ataupun demi kepentingan benda itu
sendiri.
Kontemplasi merupakan dasar dalam
diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah sedangkan ekstansi adalah
dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan, dan menikmati sesuatu
yang indah. Kedua faktor inilah yang mendukun g cita rasa seni pada sebuah
keindahan. Seorang seniman cenderung dominan selera seni atau faktor
kontemplasi sedangkan seorang pengamat lebih dominan faktor ekstansinya karena
ia lebih suka menikmati karya seni daripada menciptakannya.
Dunia ini diciptakan oleh Allah dengan cita
rasa yang teramat tinggi. Dengan keindahan yang luar biasa yang mampu menggugah
manusia untuk mengakui kebesaranNYA. Hal tersebut yang sering kali dijadikan
inspirasi oleh seniman untuk menciptakan karya seni mereka. Selain itu ada juga
faktor atau motivasi seorang seniman menciptakan keindahan yaitu:
1.
Tata nilai yang usang
2.
Kemerosotan zaman
3. Penderitaan manusia
B. RENUNGAN
Renungan merupakan hasil merenung
yaitu diam-diam memikirkan sesuatu atau memikirkan sesuatu dengan mendalam. Renungan merupakan salah
satu cara untuk menciptakan seni maupun untuk meghasilkan ide.
Ada 3 teori yang melandasinya :
1.
Teori pengungkapan
”Art is an expression of human being” (seni
adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia. Hal inilah yang melandasi teori
pengungkapan. Seni merupakan pengungkapan dari kesan-kesan yang diperoleh
melalui penghayatan tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran
angan-angan (images). Leo Tolstoi menegaskan bahwa kegiatan seni adalah
memunculkan dalam diri sendiri suatu perasaan yang seseorang telah mengalaminya
dan setelah memunculkan itu kemudian dengan perantaraan berbagai gerak, garis,
warna, suara dan bentuk yang diungkapkan dalam kata-kata memindahkan perasaan
itu sehingga orang-orang mengalami perasaan yang sama.
2.
Teori Metafisik
Teori ini merupakan salah satu
tori yang tertua yang berasal dari Plato. Yang menurutnya karya seni merupakan
tiruan dari suatu tiruan lain sehingga bersifat jauh dari kebenaran atau dapat
menyesatkan. Karena itu seniman tidak mendapat tempat sebagai warga dari negara republik
yang ideal menurut plato. Ada juga filsuf Arthur Schopenhauer yang menurutnya
seni adalah suatu bentuk dari pemahaman terhadap realita. Dan realita sejati
adalah suatu keinginan yang sementara.
3.
Teori Psikologis
Sebagian ahli estetik dalam abad
modern menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam
pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya
psikoanalisa mengemukakan teori bahwa prose penciptaan seni adalah pemenuhan
keinginan-keinginan bawah sadar dari seorang seniman. Sedangkan karya seni
merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang diwujdkan keluar dari
keinginan-keinginan itu.
C. KESERASIAN
Keserasian mengandung unsur perpaduan, pertentangan
ukuran dan seimbang. Perpaduan
bisa menghasilkan keserasian sebagai contoh perpaduan warna pakaian dengan
warna kulit atau perpaduan warna pakaian dengan jilbab yang dikenakan. Jika
perpaduan itu sesuai maka akan terasa cocok dan membuat orang puas karenanya.
Pertentangan bisa menghasilkan sebuah keserasian misalnya dunia musik,
irama yang mengalun hakikatnya merupakan pertentangan suara tinggi rendah,
panjang pendek dan keras lembut. Keserasian inilah yang menimbulkan keindahan
yaitu suatu kumpulan hubungan yang serasi dalam suatu benda dan diantara benda
itu dengan di pengamat. Filsuf inggris Herbert Read merumuskan definisi bahwa
keindahan adalah kesatuan dan hubungan-hubungan bentuk yang terdapat diantara
pencerapan-pencerapan inderawi kita. Pendapat lain menganggap pengalaman
estetik suatu keselarasan dinamik dari perenungan yang menyenangkan.
Salah satu persoalan pokok dari
teori keindahan adalah mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah keindahan
merupakan sesuatu yang ada pada benda indah atau hanya ada dalam alam pikiran
orang yang mengamati benda tersebut. Dari persoalan tesebut lahirlah teori
obyektif dan teori subyektif.
Teori obyektif berpendapat bahwa
keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai estetil adalah sifat (kualita)
yang memang telah melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari
orang yang mengamatinya. Sedangkan teori subyektif menyatakan bahwa ciri-ciri yang
menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada. Yang ada hanya perasaam dalan diri seseorang yang
mengamati sesuatu benda. Adanya
keindahan semata- mata tergantung pada penerapan dari si pengamat itu.
Selain teori diatas sejak 5 abad
sebelum masehi sampai abad 17, bangsa yunani kuno mengenal teori perimbangan
tentang keindahan yang dipahami dalam arti yang terbatas, yakni secara
kualitatif yang diungkapkan dengan angka-angka. Keindahan dianggap sebagai
kualita dari benda-benda yang disusun (yakni mempunyai bagian-bagian). Hubungan
dari bagian-bagian yang menciptakan keindahan dapat dinyatakan sebagai
perimbangan atau perbandingan angka-angka. Teori ini runtuh karena desakan dari
filsafat empirisme dan aliran-aliran termasuk dalam seni. Bagi mereka keindahan
hanyalah kesan yang subyektif sifatnya. Keindahan hanya ada pada pikiran orang
yang menerangkannya dan setiap pikiran meihat suatu keindahan yang
berbeda-beda.