Jumat, 11 Januari 2013

Tulisan VI_Menjadi TKI di Malaysia


Menjadi TKI di Malaysia

Sekitar tahun 2002 setelah lulus SMK, saya memutuskan untuk pergi ke malaysia menjadi seorang tenaga kerja. Keputusan itu lebih karena susahnya mendapat pekerjaan dinegeri sendiri. Apalagi saat itu krisis ekonomi masih terasa dampaknya sampai-sampai banyak perusahaan milik pemerintah yang dijual ke luar negeri.

Di malaysia saya bekerja dipabrik pengolah kelapa sawit yang terletak digemas, negeri sembilan. Sebuah negara bagian yang berada disemenanjung malaysia. Komposisi penduduk malaysia memang unik, meskipun terletak diasia tenggara yang didominasi orang melayu jumlah penduduk keturunan cina dan tamil (india bagian selatan) cukup besar. Sehingga ada 3 bahasa yang dipakai disana melayu,cina, tamil dengan pengantar bahasa inggris. Begitu juga dipabrik tempatku bekerja, pemiliknya adalah orang cina namun managernya orang tamil dengan staffnya orang melayu juga tamil. Sementara pekerjanya sebagian besar tenaga kerja dari luar negeri seperti indonesia, bangladesh, myanmar, nepal.
Teman bekerja saya dari indonesia juga berasal dari berbagai daerah, ada yang dari lampung, jawa (jawa barat, jawa tengah , jawa timur) hingga nusa tenggara barat dan nusa tenggara timur. Ditengah-tengah keanekaragaman itulah saya bekerja hingga sedikit banyak bisa memahami bahwa problem ekonomi menjerat hampir disebagian negara-negara asia. Teman dari myanmar saat itu juga sedang bermasalah dengan pemerintahnya yang dikuasai oleh junta militer sehingga untuk berangkat kerja ke malaysia perlu perjuangan yang berat.
Sebagai sesama perantau dan sesama kuli, kami semua menyadari bahwa kerukunan harus dijaga dengan baik. karena itulah berbagai cara kami lakukan untuk menjaga keakraban diantaranya bermain sepak bola, makan-makan bersama saat ada acara seperti perayaan idul fitri, saling berkunjung ke asrama. Namun ada juga perselisihan yang terkadang muncul karena beban kerja, pembagian over time, harga diri dan sebagainya. Masalah tersebut muncul karena kurangnya komunikasi, sebagian besar pekerja kurang bisa bahkan ada yang tidak bisa berbahasa inggris sehingga komunikasi dilakukan dengan bahasa tarzan atau gerakan tubuh dibarengi dengan bahasa inggris seadanya. Hal itu terkadang cukup efektif namun untuk bisa menyampaikan lebih detail tentu sangat sulit.
Saya bekerja dimalaysia sekitar 2 tahun, waktu yang cukup lama untuk memendam kerinduan pada kampung halaman. Tapi juga terlalu sedikit untuk menimba ilmu menambah pengalaman dari pergaulan dengan berbagai ragam manusia. Ada banyak hal yang bisa dipetik dari pengalaman selama 2 tahun tersebut, suka duka, perjuangan, impian, kerja keras, kehormatan bangsa dan negara serta toleransi. Mungkin lain kali kawan akan kuceritakan hal tersebut, untuk sekarang cukuplah sampai disini.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar