Dilema
sebuah status antara karyawan tetap dan karyawan kontrak
Bagi yang
pernah bekerja dalam sebuah perusahaan tentulah mengerti perbedaan antara
karyawan tetap atau sering disingkat kartap dengan karyawan kontrak atau sering
disebut anak kontrak.
Karyawan tetap
merupakan karyawan yang telah diangkat menjadi seorang pekerja tetap dalam
sebuah perusahaan sedangkan karyawan kontrak merupakan karyawan yang bekerja
dalam sebuah perusahaan dalam waktu tertentu (sesuai perjanjian). Kurun waktu
ini bervariasi rata-rata 6 bulan sampai 1 tahun namun ada juga yang hanya selama
3 bulan dengan perpanjangan waktu hingga 2 tahun. Artinya setiap waktu tertentu
perjanjian kerja diperbaharui.
Meskipun banyak
perbedaan dalam berbagai hal, namun sejatinya sama-sama bekerja untuk
mendapatkan upah dari majikan. Tidak pandang karyawan kelas bawah maupun atas,
semuanya bekerja untuk memajukan perusahaan sehingga mendapat untung dan bisa
membayar gaji karyawan. Karyawan tetap maupun kontrakpun sama-sama mendapat
fasilitas dari perusahaan baik asuransi maupun tunjangan lainnya.
Namun banyak
yang lebih mengedepankan perbedaan seperti jaminan bekerja. Bagi karyawan tetap
tentu tidak perlu risau akan kelangsungan pekerjaan selama perusahaan masih
beroperasi. Sedangkan karyawan kontrak harus berfikir lebih keras karena ketika
kontrak selesai mereka harus berjuang lagi melamar pekerjaan yang tidak mudah
didapatkan. Belum lagi umur yang semakin bertambah dan harus bersaing dengan
lulusan-lulusan baru yang tentunya lebih dicari perusahaan karena masih segar
dan enerjik.
Didalam
perusahaan sendiri terkadang ada semacam sekat yang membatasi antara kartap dan
anak kontrak. Sekat tersebut sering kali berupa perlakuan yang berbeda, beban
pekerjaan maupun dalam komunikasi. Sehingga ketika akumulasi kekecewaan itu semakin menumpuk menimbulkan
semacam kesenjangan sosial yang berdampak pada produktifitas pekerja.
Jika
ditelaah lebih mendalam sebetulnya baik karyawan tetap maupun kontrak mempunyai
permasalahan yang berimbang karena mereka masing mengorbit dalam lintasan yang
sama yaitu pekerja. Berbeda jika mereka pindah kuadran menjadi pengusaha, tentu
permasalahannya akan berbeda.
Jika
berfikiran positif anak kontrak cenderung kreatif karena mereka lebih mawas
diri akan suatu kondisi yang tidak menentu dalam hal kepastian bekerja. Karena itu
seharusnya mereka lebih bekerja keras untuk bisa meningkatkan kemampuan
menghadapi hari-hari depan yang semakin berat. Sedangkan kartap karena mereka
hidup dalam zona nyaman tanpa memikirkan kontrak habis, mereka cenderung
stagnan dalam mengeksplorasi kemampuan diri sehingga lambat dalam berkembang. Ditambah
lagi dengan peningkatan pendapatan yang tidak berimbang dengan beban kerja
menjadikan mereka skeptis dalam melihat tantangan. Juga kesempatan mendapat
tantangan pekerjaan yang baru lebih banyak didapat anak kontrak sehingga bisa
disesuaikan dengan minatnya.
Apapun
itu, baik kartap maupun anak kontrak sepatutnya banyak bersyukur ditengah
sulitnya mencari lapangan perkerjaan mereka masih bisa mengharapkan pemasukan
diakhir bulan. Selain itu kembali ke kondisi masing-masing apakah bisa
memanfaatkan kelemahan juga kelebihannya untuk menggapai masa depan yang lebih
baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar